Semua manusia pasti pernah mengalami sakit. Ada yang sakit hanya sebentar, ada yang sakit cukup lama, bahkan ada yang sakit hingga meninggal dunia. Meski demikian, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat tersebut sesuai dengan penyakitnya, maka ia akan sembuh dengan izin Allah.” (HR Muslim).
Demikian pula seperti yang diungkapkan oleh Nabi Ibrahim alaihissalaam,
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
“Dan jika aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS asy-Sy’araa [26]: 80)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan maksud ayat di atas, “Jika aku menderita sakit, maka tidak ada seorang pun yang kuasa menyembuhkanku selain Dia sesuai takdir-Nya yang dikarenakan oleh sebab yang menyampaikannya.”
Jadi, untuk jenis penyakit pertama dalam hal fisik, obatnya adalah mencari sebab penyembuhan (berobat) dengan hanya memohon kesembuhan kepada Allah semata.
Demikian diteladankan oleh Nabi Ayyub Alaihissalam,
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (QS. Al-Anbiya [21]: 83).
Penyakit manusia yang selanjutnya berupa kebodohan. Obatnya adalah bertanya kepada ahlinya (ulama). Jabir bin Abdillah mengisahkan, “Kami pernah mengadakan suatu perjalanan. Pada saat itu, salah seorang dari kami tertimpa batu sehingga kepalanya terluka parah. Kemudian, orang itu mengalami mimpi basah.”
“Ia bertanya kepada para sahabatnya, ‘Apakah menurut kalian aku telah mendapatkan keringanan untuk bertayamum (sebagai pengganti mandi?)’ Mereka menjawab, ‘Menurut kami, kamu tidak mendapatkan keringanan. Sebab, kamu masih bisa memakai air.’ Ia pun mandi dan akhirnya meninggal dunia.”
Mengetahui hal tersebut, Rasulullah bersabda,
“Mereka telah membunuhnya, semoga Allah membinasakan mereka! Mengapa mereka tidak bertanya bila tidak mengetahui? Sesungguhnya obat dari kebodohan adalah bertanya. Seharusnya ia cukup bertayamum saja, caranya dengan menutupi bagian yang luka tersebut dengan secarik kain lalu mengusap atasnya, baru kemudian mengguyur anggota tubuhnya yang lain dengan air.” (HR Abu Dawud).
Penyakit yang terakhir berupa musibah. Obatnya adalah doa. Ibn Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya, Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, menjelaskan bahwa doa adalah obat yang bermanfaat dan musuh bagi bencana. Doa akan menerangi, mengobati, mencegah, menghilangkan, ataupun meringankan bencana yang menimpa.
Begitu hebatnya obat yang bernama doa ini sampai dikatakan bahwa doa adalah senjata orang beriman.
“Doa adalah senjata kaum Mukminin dan merupakan tiang agama serta cahaya langit dan bumi.” (HR Hakim)
Kemudian, dari sahabat mulia Abdullah bin Umar, bahwasanya Nabi bersabda,
“Doa akan memberikan manfaat terhadap apa yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Maka hendaklah kalian semua berdoa, wahai hamba-hamba Allah.” (HR Hakim).
Oleh karena itu, dapat kita pahami dengan mudah mengapa kemudian Allah menegaskan bahwa,
… أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ …
“… aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku …” (QS al-Baqarah: 186).
Namun, ada satu jenis penyakit yang Allah turunkan tanpa obat. Sabda Nabi, penyakit itu adalah “ketuaan” (HR Tirmidzi).
Wallahu A’lam.
Sumber: kabarmakkah.com